H.UNEDadalah sosok Kepala Desa Sandingtaman Kec.Panjalu Kab.Ciamis yang cukup kreatif dan penuh perhatian terhadap pembangunan sektor pertanian.Juga terhadap warganya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.Tak mengherankan,bila perkembangan pembangunan pertanian di desa ini mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan.
Bukti kepedulian H.Uned terhadap pembangunan pertanian di daerahnya,kini ia tengah mengembangkan ‘usahatani’ agrobisnis tanaman bunga,terutama untuk jenis Endong Laut (imba/kedongdong cina) dan Shensivera (pepedangan).
“Sebagai anak petani,tentu saja saya senang bertani,apalagi ada peluang di sektor pertanian.”ujar pengusaha percetakan dan penerbit CV Tiga Putra Panjalu ini.
Bahkan,ia mengeluarkan kocek sendiri untuk membeli bibit Endong Laut sebanyak 200.000 pohon,yang harganya Rp.250/pohon.Sedangkan untuk bibit Shensivera sebanyak 25.000 pohon dengan harga Rp.200/pohon.
Walaupun melihatkan masyarakat petani terutama anggota kelompok tani yang ada di Desa Sandingtaman,menurut H.Uned,untuk sementara ini usahatani tanaman Endong Laut dan Shensivera dilakukan sendiri dan mengeluarkan modal sendiri.
“Bila ujicoba usahatani ini berhasil,maka saya akan disebarluaskan kepada petani lain agar kesejahteraan para petani di Desa Sandingtaman pun meningkat.Ini sudah menjadi komitmen saya sebagai kepala desa.”tutur H.Uned
H.Uned menjelaskan,bahwa usahatani tanaman bunga Endong Laut sudah dirintis sejak satu tahun lalu dan untuk bunga Shensivera baru 10 bulan lalu. Usahatani untuk kedua jenis tanaman ini baru akan menghasilkan rupiah biasanya sudah 2 tahun.Itupun sangat tergantung dari pemeliharaan dan perawatannya yang dilakukan secara intensif.
“Kalau ingin berhasil,budidaya kedua jenis tanaman ini memang membutuh
kan pemeliharaan dan perawatan yang intensif dari petani.”ujar H.Uned kepada Buser Trans pekan kemarin. (REDI MULYADI)***
CIAMIS dalam khasanah sastra Sunda dikenal memiliki cerita rakyat Ciung Wanara dan situsnya bernama Karang Kamulyaan yang berada di Kec.Cijeungjing. Kisah yang melegenda itu telah dibukukan oleh sastrawan Ajip Rosidi. Selain itu,Ciamis ternyata menyimpan potensi wisata yang tak kalah menariknya ,di samping objek wisata primadona Pantai Pangandaran dan lainnya.
Namun,banyak potensi wisata di Ciamis yang belum dikembangkan,dan bahkan terkesan tetap perawan.Salah satu antaranya,adalah Wana Wisata alam Curug Tujuh yang berlokasi di Kampung Nanggela, Desa Sandingtaman Kec. Panjalu. Luas lokasi wana wisata ini sekitar 40 hektar pada areal hutan/perkebunan milik Perum Perhutani, merupakan objek wisata air terjun dengan dinding alam Gunung Syawal yang menjulang tinggi
“Kalau hari Minggu dan hari libur lainnya,objek wisata Curug Tujuh selalu dikunjungi wisatawan lokal.Kecuali saat Lebaran,pengunjung membludak setiap hari selama seminggu,karena banyak pemudik dan penasaran untuk mengunjungi objek wisata ini.”ujar Odang,warga Nanggela yang mantan Polhut.
TUJUH AIR TERJUN & HUTAN PERAWAN
Panorama alam yang indah dan suasana hutan perawan menjadi daya tarik Wana Wisata Curug Tujuh. Karena di kiri kanan tempat itu menjulang tinggi bukit gunung Ciparang, dan Cibolang yang masih bagian dari Gunung Syawal yang mempunyai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.Selain itu,suasana di kawasan hutan ini terasa sejuk dan bebas polusi,sehingga menambah betah untuk menikmatinya.
Karena di kawasan hutan ini ada tujuh buah air terjun (curug) berjejer yang mengalirkan air ke Sungai Cibolang dan Sungai Cimantaja,menurut Odang,maka dikenal dengan nama Wana Wisata Curug Tujuh. Tiap curug punya masing-masing nama seperti Curug Satu,Curug Dua,Curug Tiga Curug Cibolang,Curug Cimantaja ,Curug Cileutik, dan Curug Cibuluh.Konon, satu di antara tujuh curug tersebut mengalirkan air yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.
”Karena air terjun yang mengalir berasal dari kawah Gunung Syawal diketahui mengandung belerang sehingga berkhasiat sembuhkan berbagai penyakit kulit,rematik,encok dan pegal linu.”tutur Odang
Dia pun menjelaskan,bahwa Wana Wisata Curug Tujuh mulai dibuka pada tanggal 6 Juni 1968 lalu yang diprakarsai oleh 7 orang tokoh masyarakat di antaranya adalah Sukarsa,Lili Sutarli, KPH Maman Suardi,Asper Endang Muhidin,ADM Momo,Endu Herman,dan Aming Suganda mantan Kepala Desa Sandingtaman.Sejak awal,objek wisata ini dikelola oleh Perum Perhutani,dan kini untuk masuk kawasan Curug Tujuh dikenakan tariff masuk Rp.3.500/orang.
Selama ini, memang belum banyak pengunjung yang datang setiap harinya, karena fasilitasnya belum memadai dan promosi yang belum tersebar luas. Karena itu,Wana Wisata Curug Tujuh yang berada di kawasan hutan Cibolang kaki Gunung Syawal itu masih kalah dengan wana wisata lainnya milik Perum Perhutani Unit III Jabar ,misalnya Wana Wisata Karangnini di Pantai Pangadaran, Ciamis selatan.
Keberadaan air terjun Curug Tujuh punya kelebihan jika dibandingkan dengan kebanyakan air terjun lain pada umumnya,karena air terjun ini tidak pernah surut sekalipun di musim kemarau, dan air yang mengalir berasal dari Gunung Syawal mengandung unsur belerang yang berkhasiat untuk penyembuhan penyakit kulit, rematik, encok, dan pegal linu.
Dalam upaya menarik minat para pengunjung agar lebih betah menikmati suasana dan panorama alam hutan wisata, pihak pengelola terus menerus memoles dan memelihara sekitar lokasi hutan tersebut,misalnya di pintu masuk kawasan Wana Wisata Curug Tujuh dibuatkan pintu gerbang dan ditanami berbagai jenis kayu langka,juga tersedianya kios makanan maupun tempat parkir.
IKAN KHAS
Selain itu,di samping pintu gerbang dibuatkan kolam ikan ukuran 20 kali 36 meter, yang airnya memanfaatkan air kali Cibolang. Kolam tersebut memelihara ikan khas sejenis ikan mas yang benihnya diambil dari Kec. Mandarincan Kab. Kuningan. Dari jumlah 23 ekor ikan yang ditambakkan pihak Perum Perhutani sejak sepuluh tahun lalu.
Kini, ikan-ikan tersebut sudah berkembang biak menjadi ratusan jumlahnya bahkan sampai seribu ekor,dan beratnya pun ada yang mencapai lebih dari 5 kg.Hal yang menarik,ternyata ikan-ikan itu tak pernah ada yang mengganggu, apalagi ada yang berani mencuri. Sebab, ada semacam kepercayaan yang ditabukan masyarakat "bagi siapa saja yang berani mengganggu…".
Lantas,mengenai sarana transportasi menuju lokasi Wana Wisata Curug Tujuh,tidaklah sulit. Asalkan saja,perjalanannya dilakukan pada siang hari.Kalau dari jalan raya jurusan Panjalu - Kawali, baik yang datang dari arah barat maupun dari arah timur, belok ke Kampung Cipicung Desa Sandingtaman terus menuju Kampung Nanggela, dan sampailah ke kawasan Wana Wisata Curug Tujuh.Sekitar 7 km dari jalan raya jurusan Panjalu-Kawali.Namun jangan khawatir,jalan menuju objek wisata ini sudah cukup baik dan beraspal,meski agak sempit dan banyak tanjakan yang harus dilalui.
“Pada hari-hari libur biasa,sebagian besar pengunjung yang datang ke sini menggunakan kendaraan sepeda motor dan umumnya kaum remaja.Lain halnya bila hari Lebaran karena banyak pemudik yang menyempatkan diri berwisata ke Curug Tujuh.Jumlah pengunjung bisa mencapai ribuan orang”jelas Otang.
Setelah puas menikmati panorama alam hutan perawan Gunung Syawal dan pulang berwisata dari Wana Wisata Curug Tujuh, bagi yang akan meneruskan perjalanan ke Bandung atau Tasikmalaya bisa mampir dan melihat objek wisata Situ Lengkong sambil menikmati makanan khas daerah seperti wajit. Juga tak kalah nikmatnya menu goreng ikan hasil pancingan dari Situ Lengkong seperti jenis mujair, mas,nilem dan ikan kecil-kecil, yang orang Panjalu menyebutnya ikan kulinyar.(REDI MULYADI)***
Sejak sebulan lalu,warga Desa Sandingtaman di Kec.Panjalu kini tengah giat bergotong royong membangun jalan baru,tepatnya Jl.Lebak Gede yang menmghubungkan Jl.Raya Panjalu menuju Dusun Cipicung.Warga tampak antusias membuat jalan baru sepanjang 1 km yang menuju ke objek wisata Curug Tujuh di kaki Gunung Sawal tersebut.
“Alhamdulillah,sifat kegotong-royongan warga desa kami masih sangat kuat.Buktinya,tiap hari Jum’at dan Minggu selalu giat bergotong royong membuat jalan baru ini.”jelas H.Uned,Kepala Desa Sandingtaman kepada NUANSA.
Bila jalan baru ini selesai,maka diharapkan akan mempermudah sarana transportasi yang menuju ke Kampung Cipicung,terutama bagi wisatawan yang hendak berwisata ke objek wisata Curug Tujuh untuk menikmati keindahan panorama alamnya yang indah mempesona
Dalam proses pembuatan Jl.Lebak Gede sepanjang 1 km dan lebar 3 meter itu,menurut H.Uned, diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp.250 juta mulai dari pembebasan tanah milik warga,pembuatan kirmir, gorong-gorong,pengerasan dan pengaspalan.
“Dana untuk pembuatan jalan baru tersebut berasal dari swadaya murni masyarakat.Ini belum termasuk tenaga warga dalam setiap gotong royong.”tuturnya.
Namun diakuinya, saat ini yang belum selesai dikerjakan dalam pembuatan jalan baru tersebut yakni pengerasan dan pengaspalan, karena kekurangan dana untuk menyelesaikannya.
“Karena itu,kami mengharapkan bantuan dana dari Pemkab Ciamis melalui APBD untuk pengerasan dan pengaspalan jalan baru ini,agar segera selesai dan bias dipergunakan warga.”tutur Kepala Desa Sandingtaman.
Walaupun dalam kondisi keterbatasan dana yang dimiliki Pemdes Sandingtaman,H.Uned mengaku optimis bahwa proses pembuatan Jl.Lebak Gede itu akan selesai,meski membutuhkan waktu yang relatif lama.
“Kecuali bila ada kucuran bantuan kucuran dana dari Pemkab Ciamis terutama untuk pengerasan dan pengaspalan yang saat ini belum kami garap.”ungkap H. Uned belum lama ini.(REDI.MULYADI)
Prospek usaha jasa fotografi,khususnya jasa pengambilan gambar (video shooting) di wilayah Kab.Ciamis,ternyata cukup cerah.Apalagi pada bulan bulan tertentu seperti Lebaran atau Rayagung karena banyak yang menggelar acara hajatan (resepsi pernikahan,khitanan dan lainnya).
“Pada bulan-bulan tertentu,kami sering kewalahan menerima order, karena hampir tiap hari ada yang menggelar acara hajatan.”ujar Hidayat “Daday” Herditia,pemilik DEV Shooting di Kampung Cipicung,Desa Sandingtaman Kec.Panjalu ini.
Kang Daday mengaku,kalau hari-hari biasa maka order jasa shooting umumnya hari Sabtu dan Minggu.Selama ini,DEV Shooting bekerja sama dengan pemilik tata rias pengantin atau grup orkes melayu/pongdut (jaipong dangdut) untuk pengambilan acara hajatan di daerah Panumbangan,Panjalu,Kawali dan Buniseuri.
“Untuk sekarang ini,saya justru sering menerima order pengambilan gambar dari grup orkes melayu saat pentas,mungkin untuk promosi grup orkesnya.”kata staf Desa Sandingtaman ini.
Lantas,sejak kapan usaha jasa DEV Shooting dirintisnya? Daday menjelaskan,bahwa usaha jasanya itu mulai dirintisnya sejak 3 tahun lalu. Itupun awalnya cuma iseng setelah memperoleh ilmu cara pengambilan gambar (shooting) dari wartawan PJ-TV dan S-TV saat ia merantau di Kota Bandung.Bahkan,kamera yang digunakannya sebuah kamera bekas ukuran kecil.
Namun,kini ia memiliki 2 buah kamera ukuran kecil (handycam) dan kamera ukuran besar (professional).Karena banyak order,kini DEV Shooting dibantu 3 orang tenaga kerja untuk pengambilan gambar.
“Untuk pengolahan gambar atau editing hingga memasukkan ke CD,saya sendiri yang melakukannya,maksudnya untuk menjaga kualitas pekerjaan.”ungkapnya.
Walaupun banyak menerima orderan,menurut Kang Daday, tidak sampai mengganggu tugas sehari-sehari sebagai staf Desa Sandingtaman.Sebab, pengambilan gambar acara hajatan biasanya hari Sabtu atau Minggu,dan kini sudah punya 3 orang anak buah.”Kecuali untuk editing gambar dilakukan pada malam hari.”tuturnya.(REDI MULYADI)***